"Paman bibi Luna berha-...." pemandangan mengerikan terlihat jelas di mata biru gadis itu,tumpukan salju putih telah dilumuri merahnya darah.Bunga Lily es yang sedari tadi dipegang erat kini jatuh bersama dengan jatuhnya lutut kecil gadis muda itu,semuanya telah tiada dia paham betul siapa pelakunya. Rasa marah seketika memuncak, tapi tak lama perasaan itu berubah jadi kesedihan yang pilu. Gadis kecil itu tak bisa apa-apa,dia lemah dan sendiri belum sempet dia mencari keberadaan kakak tercinta dia dipaksa untuk lari sejauh mungkin, menerobos badai salju dan suhu dingin yang menusuk kulit. Setelah 1 jam terus berlari tampa henti nafasnya mulai berat suhu tubuh begitu tinggi,dia terkena demam dan berakhir pingsan di tengah badai salju. "Lily ?!" "kak Aria,maaf aku terlambat." dia bergegas bangun tapi pandangan nya menjadi sangat buram,kelasnya berdengung. "Cukup Lily! kamu sedang sakit beristirahat lah,jangan khawatir soal makanan kami sudah mengurusnya." "Bener kak,kakak jangan bangun ibu! panti juga akan segera datang bersama dokter." "Terima kasih semuanya,maaf merepotkan!" "Lily apa yang kamu katakan,Kitakan keluarga." gadis itu tersenyum,dia tidak akan pernah bisa menang dari mereka semua. "Bener , kita semua keluarga dan akan tetap seperti itu selamanya."batinnya bahagia dan bersyukur. Tiba-tiba pintu terbuka terlihat 3 orang masuk, mereka adalah dokter,ibu panti dan satu orng asing. apa beliau ada urusan dengan ibu panti, sepertinya beliau bukan orng biasa. "Jadi dia anak yang akan menjadi anak ku?"gumam pria berjas hitam itu,mungkin yang lain tidak bisa mendengarnya tapi aku yang memiliki telinga lebih sensitif bisa mendengar dengan jelas. "nak Lily kenapa kamu tidur dengan pakai tipis di cuaca begini ,dan kenapa kamu selalu tidak sadar dirimu terluka."kata dokter itu yang buatku dan orang² di ruang itu terkejut. "Aku terluka?! tapi kapan aku mendapatkan nya?"gumam gadis itu,tampa sadar ada sepasang mata yang memperlihatkan dengan seksama.All Rights Reserved
1 part