FOLLOW DULU AKUN AUTHOR SEBELUM BACA CERITA OKEEHH??
"Lo Gila?" pekik seorang gadis berambut panjang sepinggang itu tak habis pikir.
"Gue Ga kenal Lo sejauh itu, Zay. Dan dengan entengnya lo mau nikahin gue?"
Pemuda itu masih diam saja, masih membiarkan gadis cantik di depan nya menyelesaikan ucapannya.
"Kita beda Agama kalo lo lupa. Kita ga seiman, apalagi seamin. Jadi stop buat ngadi-ngadi." peringatnya.
"Kalo gue maksa, gimana?" ucap pria itu akhirnya. Dan pertanyaan itu membuat gadis itu menggeleng tak percaya.
"Udah ga waras lo!" celetuknya.
"Iya, gue emang udah ga waras. Gue udah gila karena lo. Sekuat apapun lo nolak, gue akan rayu Tuhan gue agar ngizinin Gue rebut lo darinya."
"Caranya?"
Pemuda itu melangkah lebih dekat, hingga jarak keduanya hanya tersisa 5 senti saja.
"Biarkan Doa Gue dan Tuhan lo bertarung di langit. Kita lihat, siapa yang Tuhan Gue pilih sebagai pemenang nya."
"Allah jawab doa Gue, atau Tuhan lo_yesus yang akan jadi benteng pertahanan iman lo." imbuhnya.
Zayyan, pemuda berusia 18 Tahun dengan perawakan yang dingin dan juga tegas. Juga merupakan Putra yang berasal dari keturunan Kyai pemilik pondok pesantren ternama di jakarta. Tak ayal jika banyak yang mengagumi bahkan menaruh hati padanya. Siapa yang akan menolak pesonanya yang mengambil wajah keturunan timur tengah itu. Hanya saja para kaum hawa harus di patahkan harapannya setelah mendengar pemuda itu justru memilih gadis yang jauh dari ekspetasi mereka, gadis yang tidak jelas nasabnya, berbeda keyakinan, juga gadis yang setiap harinya keluar masuk area klub malam. Sebagai seorang Gus, tentunya Sang Ayah menolak keras akan hal itu, bahkan keluarganya sudah memilihkan gadis sholehah untuknya. Tapi bukan Zayyan jika tidak nekad. Lalu apa yang akan terjadi? Apakah Zayyan akan menuruti perintah Ayahnya, atau tetap mempertahankan pujaan hatinya yang jelas akan sulit karena ada tembok tinggi yang menghalangi mereka?
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan