"Jadi Nino anak halam? Mama nggak pelnah nikah. Mama di pellkosa olang? Pellkosa itu apa?"anak kecil itu berucap pelan. Mata anak itu yang sebelumnya redup, karena cemas mama tidak kunjung bangun-bangun dari tidurnya, semakin redup mendengar ucapan para tetangga yang datang menjenguk mamanya yang sakit.
Nino menggeleng-gelengkan kepalanya. Nino juga reflek membawa jari telunjuk ke depan mulutnya, lalu menggigitnya. Hal yang Nino dapatkan dari seseorang yang membuat dia ada di dunia ini apabila sedang merasa bingung atau gugup.
"Ndak, walau Nino ndah tahu alti pellkosa, Nino halus cali ayah Nino. Kenapa jahat sama mama. Kenapa bialkan mama membesalkan Nino sendili. Kenapa ayah juga ndak suka Nino. "Gumam Nino dengan sinar mata yang menyala-nyala penuh semamgat.
Nino si bocah laki-laki berumur 5 tahun yang masiih cadel pada beberapa huruf, di timpah dua musibah besar secara bersamaan. Ibunya terjatuh di sungai dengan kepala yang membentur batu cukup kuat 5 hari yang lalu, sejak saat itu, hingga saat ini, ibu anak itu masih belum membuka kedua matanya. Musibah yang lain, Nino mengetahui tentang identits dirinya secara tidak sengaja dari para tetangga, yang membuat anak itu sedih dan semakin banyak beban pikiran.
Dan inilah petualangan si Nino dalam mencari keberadaan ayah kandungnya, walau Nino tahu, kata para tetangga ayah tidak menginginkannya sedikitpun di dunia ini.
Apakah Nino berhasil menemukan ayahnya?