Penggalan puisiku ini lahir dan hidup bersama aliran darahmu. Namun di balik itu, ia akan tetap abadi meski kau sudah tak ada di bumi. Bait-bait puisiku ini adalah namamu; diciptakan dari keindahan. Meskipun sederhana, sebab sesungguhnya yang megah adalah kamu seorang. Puisi ini tercipta oleh kalimatmu di bawah senja sore itu: "Tuan, kuharap kita tetaplah menjadi tangkai yang enggan melepas daunnya, atau daun yang menahan sekuat tenaga untuk tetap kokoh di tangkainya." katamu dengan senyum khas di ujung kalimatnya. Puan, terima kasih atas segala kebaikan. Meski ucapan terbaik adalah doa, dan kado terindah adalah melihat kamu selalu baik-baik saja. -Karawang, [Akhir tahun] 2023 ... ❤❤❤ *Kumpulan puisi ini adalah salinan dari buku pribadi yang ditulis sejak tahun 2020, kemudian diabadikan lebih luas lagi di dalam kenangan 🍁