Harapan, adalah mimpi dari seorang yang terjaga - Aristoteles.
Hai, aku Cahaya yang sedang terjaga. Bisa dikatakan sebagai nama, atau hanya satu suku kata. Entah itu dari pilunya dunia nyata, atau terjebak kembali dalam mimpi serupa. Omong kosong? Betul. Lebih aku berjalan saja ke arah dia yang sudah jelas menunggu di seberang sana.
Oh, ada cahaya. Lihat! Aku melihatnya. Sempat aku berpikir akan ada malaikat yang mengulurkan tangan, namun ternyata ada luka yang menjebak jiwa.
Kau tau? Sebab cahaya itu aku terlelap, terlampau jauh.
Tidurnya aku bagai putri dengan mahkota. Namun bedanya, mimpiku bukan diisi dengan hal yang indah. Bunga mimpi itu diisi dengan kejadian yang hampir saja membuat aku kembali hilang percaya.
***
Teruntuk kamu yang pernah redup. Jangan lupa kembali menjadi terang ya? Sebab hidup, tidak berjalan tanpa adanya cahaya.
Kubuka mata, ternyata kembali mendapatkan tahta sebagai sang wanita perindu jiwa. Jiwa lama yang hampir hilang arah, lalu mengarah.
Perlahan aku berjalan, meski tak melangkah. Aku coba kembali lewati meski tidak dengan berlari. Sampai akhirnya aku mulai menyadari, bahwa semua ini...akan berhenti. Bukankah lebih baik aku menerimanya dengan waktu yang tersisa?
Teruslah bercahaya, meski sudah kembali mati- dari aku, yang sesungguhnya sudah pergi.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan