Bepergian melalui Benua Douluo, Huo Yuhao berada di masa Istana Adipati.
Tahun itu, Huo Yuhao berusia sebelas tahun dan hanya memikirkan balas dendam.
Membangkitkan jiwa bela diri asli: tiga Magatama Sharingan, gelombang ini langsung stabil!
Sebuah Kebangkitan·Kaleidoskop
Kebangkitan Kedua·Kaleidoskop Abadi.
Kebangkitan ketiga · mata samsara.
Huo Yuhao, yang akrab dengan kemalangan di kehidupan sebelumnya, memutuskan untuk berlatih kembali ke puncak daratan dan melakukan serangan balik ke Alam Dewa superior.
Tang Ya: "Setelah bertemu denganmu, aku menyadari betapa sampahnya Sekte Tang."
Wang Donger: "Kamu benar, binatang seperti itu tidak layak menjadi ayahku."
Tang San, yang sedang duduk tinggi di kuil: "Brengsek! Tahukah kamu apa yang kamu lakukan! Makanlah gulungan perak biruku!"
Bertahun-tahun kemudian, Huo Yuhao mengenakan jubah perang berdarah, memegang pedang dewa, dan matanya bersinar terang dalam reinkarnasi.
"Dewa Syura, Dewa Poseidon, apakah menurutmu hari ini akan terjadi?
PS: Bunuh dengan tegas, cerdas, dan jangan membuat protagonis kewalahan.
Susan memilih Pulau Sambu Ujung sebagai tempat risetnya. Karena menurut dia pulau itu pasti memiliki banyak tanaman unik dan eksotis seperti gugusan pulau yang lain. Yonas mengantarkannya dengan perahu sampai ke bibir pantai.
"Kaka betul mau saya jemput dua minggu lagi? Kaka sudah mantap di sini sendiri?" Tanya Yonas.
"Iya, jemput saya 14 hari lagi. Ini alamat saya dan nomor telpon orang tua saya untuk kamu hubungi kalau saya tidak muncul waktu kamu jemput besok." Kata Susan.
"Oke, kakak. Hati-hati eee... Saya jemput 14 hari lagi." Kata Yonas sambil menurunkan dua tas milik Susan ke atas pasir putih yang hangat.
Susan melambaikan tangan saat perahu menjauh. Dia sudah tidak sabar untuk melakukan penelitian tanaman langka di hutan mungil di dalam Pulau Sambu Ujung.
Benar saja saat di bibir pantai ketika sedang menyusur pasir putih, mata Susan tertuju pada sekuntum bunga yang sangat unik dengan aroma menyengat.
Bunga itu berwarna merah dengan tepian ungu dan berbentuk serupa setengah bagian jam pasir. Setelah diperhatikan bunga itu ternyata persis payudra perempuan pangkalnya dengan pentilnya karena di ujung tampak bakal buah yang bulat sperti pentil susu.
Bunga itu berukuran cukup besar. Susan lalu melepas kemejanya selanjutnya dia membuka behanya. Perempuan itu penasaran untuk mencoba membandingkan ukuran bunga dengan teteknya.
Susan kemudian bersimpuh di atas pasir tepat di atas kelopak bunga itu. Dia memasukkan tetek kanannya ke dalam kelopak bunga yang sedang mekar dengan indahnya.
Susan mengabaikan aroma wangi menyengat yang aneh yang keluar dari dalam bunga yang mekar dengan indah. Teteknya sekarang sepenuhnya masuk ke dalam kelopak bunga.
Anehnya tepian bunga yang berwarna ungu itu lansung menempel di kulit dadanya. Susan kaget ketika pentilnya seperti ditarik oleh mulut yang bergigi halus dan kelopak bunga itu memijat teteknya. Susan memperhatikan kelopak itu menekan-nekan teteknya dan sesuatu menyedot pentilnya.