Berhentilah diajeng..!" ucap seorang pria berpakaian putih sambil melangkah mendekati wanita cantik berpakaian serba putih.
Wanita itu hanya diam namun sorot matanya yang tajam menatap ke arah pria muda yang ada di hadapannya, kedua bola mata wanita itu seolah ingin menembus sampai ke dalam jantung hati pria yang ada di hadapannya.
"Mari kita hadapi bersama, kita bicarakan kembali secara baik baik, mudah mudahan hati ayahhanda bisa luluh nantinya.." lanjut pria itu sambil melangkah mendekati si gadis.
"Bukan hati ayahhandamu yang harus luluh..!"
"Tapi..kaulah yang harus memiliki pendirian sendiri.."
"Hidup putramu ada pada sikapmu sendiri saat ini kakang..!" sahut wanita muda itu tak kalah sengit.
"Tapi, kita juga tidak boleh egois, dan hanya memikirkan diri sendiri diajeng.."
"Sudahlah kakang..!"
"Kalau ucapanmu hanyalah mengulangi apa yang kau katakan tempo hari, lebih baik, biarkan aku pergi.."
"Aku sadar sepenuhnya, siapa diriku, mungkin bagimu dan juga gusti adipati, aku tidak layak menjadi pendampingmu..!"
"Biarkan aku pergi..!"
"Tapi kau akan kehilangan hak atas putra yang ada dalam kandunganku ini.."! ucap wanita muda itu sambil berlalu pergi.
*****
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.