Shana berkali-kali gagal dalam percintaan. Ia selalu bertemu orang yang salah. Sekalinya bertemu cowok green forest, dia merasa minder. Sebenarnya inti masalahnya adalah, bagaimana mau mencintai orang lain jika Shana belum bisa mencintai diri sendiri. Terjun ke dalam dunia menjahit setelah lulus kuliah Sastra Indonesia tak menjadikan dirinya merasa cukup. Padahal hasil kerja tangannya sering dinilai bagus.
"Kalau akhirnya jadi tukang jahit ngapain capek-capek kuliah? Ya nggak sih?"
"Kamu selalu menampilkan impresi ke orang lain kalau pekerjaan kamu ini memalukan, Shan. Stop merendahkan diri sendiri. Kamu jadi penjahit juga melewati kursus berbulan-bulan, kan? Menurut saya kamu hebat dan pantas mendapat apresiasi."
Awalnya Nao enggan menaruh hati karena takut ujungnya gagal seperti yang sudah-sudah. Tapi lama-lama layaknya sebuah pola, Nao tanpa sadar menjadi pedoman di setiap Shana melakukan sesuatu. Di saat Nao berani mengakui rasa cinta, sayangnya Shana justru terkapar di rumah sakit.
Start: Senin, 7 Oktober 2024
Finish:
____________
✔Silakan follow penulis sebelum baca.
____________
✔Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar jika kamu menyukai cerita ini.
____________
If you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you are very likely to be at risk of a MALWARE attack.
If you wish to read this story in it's original, safe, form, PLEASE GO TO: https://www.wattpad.com/story/354547626?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=tikayudya
Thank you
@tikayudya
Shan tak pernah membayangkan harus menikah dengan Kallen, pria yang paling dirinya benci, demi memenuhi wasiat ayahnya yang terbaring koma. Menolak bukan pilihan, karena hak mereka yang tertulis dalam wasiat terancam dibekukan.
Bagi Shan, ini adalah harapan terakhir agar ayahnya terbangun dari koma. Bagi Kallen, ini adalah cara menyelamatkan perusahaan Papanya. Mereka sepakat menjadikan pernikahan ini sekadar bisnis-tanpa cinta, tanpa perasaan.
Namun, kebencian yang mereka genggam mulai retak. Perasaan yang seharusnya tak ada justru muncul, mengacaukan segalanya. Saat kebohongan dan ego menghancurkan mereka, Shan dan Kallen harus menjawab satu pertanyaan-masih adakah alasan untuk mereka bertahan atau inikah saat yang tepat untuk saling melepaskan?