Hari itu, Rafael lagi duduk di tepi makam Clara, adiknya yang baru aja meninggal akibat pembulian di sekolah nya. Hujan deras mengguyur , seperti air mata dari surga yang turun tanpa henti. Air mata Rafael yang tumpah-tumpah tak bisa dibedakan dari tetes-tetes hujan yang meresap ke dalam bumi yang dingin. Kehilangan Clara adalah pukulan terbesar yang pernah dia rasakin, dan hujan yang turun tak hentinya hanya menambah beban sedihnya.
Clara selalu menjadi cahaya yang terang dalam hidup Rafael. Dia adalah gadis muda yang penuh semangat, dengan senyum yang begitu mempesona. Matanya berkilau dengan kehangatan yang tak tertandingi. Clara adalah sumber kebahagiaan Rafael, alasan untuk terus maju, bahkan dalam saat-saat paling sulit. Mereka berdua adalah sekutu, menjalani hidup ini bersama sebagai dua pasukan terakhir yang tidak akan pernah berpisah.
Tiba-tiba, dalam sekejap, semuanya berubah. Ada suara deru mesin yang mendekat dengan cepat dan klakson mobil yang berbunyi keras. Rafael tersentak dari lamunannya dan menoleh ke sumber suara. Tapi sudah terlambat. Mobil yang melaju kencang tak bisa lagi menghindarinya. Rafael merasa tubuhnya terangkat sebentar, lalu jatuh ke aspal dengan keras.
"Apa gw bakal mati? Tapi kaya nya mati juga bukan hal yang buruk, lebih baik gw mati dari pada hidup sendirian di dunia ini"
Namun saat ia membuka mata, ia berada di masa hari pertama adik nya masuk SMA
Bagaimana jika kamu menyukai sahabat mu sendiri?
Bagaimana perasaannya bila mengetahui hal ini?
Pasti dia akan terkejut.
Inilah kisah Kiara yang menyukai sahabat dari kecilnya yaitu Nadira.