"Apa arti kehidupan, jika tidak pernah ada cinta dan harapan."
Yuga Naufal Angkasa, pemilik tawa bulan sabit dan sorot mata bak cahaya purnama yang kehilangan arti sebuah keluarga. Manusia sederhana yang menginginkan sebuah cita-cita yang diharapkan akan jadi nyata, meski makian dari orang-orang terdekat begitu lama meragukannya. Berbeda dengan PATRIA, sebuah rumah baru tanpa atap, alas, pintu, ataupun jendela. PATRIA adalah rumah yang dipenuhi harapan. Harapan tanpa menghakimi, tanpa mengasingkan, juga tanpa menjaga jarak.
Juga pertemuannya dengan gadis berpita merah muda yang mudah sekali jatuh cinta, katanya, menjadikan hari-hari Yuga banyak punya tawa di tengah kehidupan yang tak selalu menemukan penikmatnya. Lalu, rasa itu melebur begitu saja tanpa sanggah, diterima dengan hati terbuka, kemudian jatuh di tahun senang yang mengenal.
Namun, kehadiran perempuan yang mengubah pandangan Yuga perihal rasa yang butuh ketulusan, dan munculnya perasaan jatuh cinta dari gadis berpita merah muda itu kepada sosok lain, membuat keduanya sama-sama tak menyadari, bahwa ada yang lebih indah dari hadirnya orang baru.
"Manusia baik semacam lo harus tetap ada."
"Kalau nanti tiada?"
"Maka, senangnya gue juga akan tiada."
~Yuga dalam perjalanannya~
Jilan Agatha. Sifatnya susah diatur dan tak mau diatur, berbanding terbalik dengan kembarannya. Jilan panggilannya, kelakuannya jauh dari kategori 'baik.' Pulang malam sudah menjadi rutinitas rutin dalam hidupnya. Mempunyai saudari kembar yang tak selurus membuat Jilan mati rasa! Jinan Agatha, itu adalah kembarannya.
Jilan menolak keras untuk mempunyai baju couple bersama Jinan. Bagaimana tidak, baju yang mereka gunakan sedari kecil sama semua yang membedakan hanya warna dari baju tersebut. Ralat, bukan hanya baju saja, tetapi semua barang-barang yang melekat di tubuh mereka selalu sama.
Axel Marchelino. Cowok itu berhasil membuat Jilan dan Jinan berada pada fase cinta segitiga. Mencintai cowok yang sama adalah bagian awal dari kisah cinta remaja mereka. Dimulai dari rasa cinta hingga pengorbanan yang tak terhitung mengalir begitu saja. Merelakan rasa sakit demi melihat orang yang di cintai bahagia. Apalagi Jinan yang belum pernah merasakan cinta masa remaja. Seperti air, semuanya mengalir begitu saja. Pengorbanan, rasa sakit, sayang dan kebahagian telah dilalui. Hingga akhirnya salah satu mengalah demi kebahagiaan yang sang kembaran.
-Ketika aku mencintaimu dengan tulus, namun dia mengatakan lebih mencintaimu dari apapun. Aku ikhlaskan, untukmu, aku rela-
SELAMAT MEMBACA❤
****
WARNING:
BANYAK KATA-KATA KASAR DALAM CERITA!
#3 in teenfiction
#6 in fiksiremaja