"Ayah maaf, tapi disini rasanya sakit. Ibu tolong dekap aku. Mengapa semuanya jahat? Apakah aku pendosa? Adilkah aku mendapatkan ini semua? Haruskah aku terima? apakah aku egois?" Rendis. Malam ini sejuk tak biasa, bahkan embun ikut menetes menggenang menciptakan bekas yang sarat akan kepalsuan tak mendasar. Pintu itu tetutup rapat diiringi angin berhembus kencang. Sunyi menyapa kerasnya hati yang kian mati ditikam kecewa. "Maaf..." Rendis.