"Hai, ayo kemari." Aku melambai pada seseorang yang tengah mengintip di depan pintu.
Ku tarik kursi di dekatku dengan perlahan. "Silakan duduk. Eh! Tapi hati-hati, ya. Maklum kursinya sedikit rapuh," ucapku terkekeh ringan.
"Temani aku di ruangan sepi ini. Sebelumnya maaf kalau sedikit berantakan, maklum saya masih membiasakan diri apa-apa sendiri. Ah, maaf lupa menawarimu minuman, sebentar ya biar ku buatkan."
Segelas minuman cantik telah aku suguhkan di atas meja yang sedikit berdebu. "Silakan diminum. Tapi maaf ya kalau gelasnya beberapa bagian ada yang retak. Maaf barang kali air di dalamnya malah membasahi dagumu saat menyesapnya, atau bahkan lebih parahnya melukai bibirmu yang ranum itu. Maaf atas segala kekuranganku menyambut tamu." Sedikit sungkan saat aku hendak bertanya bagaimanakah rasanya meminum empedu yang telah ia telan beberapa tegukan.
Boleh ya saya cerita di sini. Setidaknya jika tidak ada telinga yang mendengar masih ada yang "enggan" membaca. Iya, enggan membaca cerita yang tidak jelas dan terus berulang, berputar bahkan berbelit-belit. Bodoh.