Story cover for Not The Wrong by Altyapurna
Not The Wrong
  • WpView
    Reads 2,076
  • WpVote
    Votes 566
  • WpPart
    Parts 41
  • WpView
    Reads 2,076
  • WpVote
    Votes 566
  • WpPart
    Parts 41
Complete, First published Nov 09, 2023
"Oh, jadi kamu minta tolong sama Brama juga? Dasar cewek sana-sini mau," ejek Ake sesekali tertawa.

"Terus, mau adegan romantis lagi seperti di drama-drama Korea. Ya, mana bisa? Brama tadi sebenarnya jijik dengan adegan itu. Iya 'kan, Bram?" tanya Nalia sembari menatap Brama.

Ucapan Nalia membuat Brama menghela napas, dia tak habis pikir. Kenapa, sih, mereka sebegitunya dengan Angel? Apakah karena dia punya keistimewaan tersendiri? Usai menghela napas dan menekan sedikit pelipisnya. Brama tersenyum sinis lantas membalas tatapan Nalia.

"Coba katakan, mengapa aku jijik melakukan hal itu?" tanya Brama.

Pertanyaan Brama membuat Nalia tersenyum kemenangan, dia yakin Brama memihak kepadanya.

🌹🌹

Berbicara tentang keistimewaan, apakah itu sebuah kesalahan? Bukan yang salah. Ada hal bermakna di dalamnya.  Lantas, apakah makna tersebut?
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Not The Wrong to your library and receive updates
or
#293disabilitas
Content Guidelines
You may also like
Fractured Cheerfulness (On Going) by Baperterussss
24 parts Ongoing
"Lo beneran bego, Fin. Gimana sih, gini aja lo ga ngerti-ngerti?" Satria menggelengkan kepala frustasi. Alfina cuma bisa cengengesan. "Jangan bosen ngajarin gue, ya." Di balik senyum yang tak pernah hilang, Alfina Adzra Wardana adalah anak yang terjebak di antara dua dunia. Dunia di mana dia terlihat ceria, ekstrovert, dan penuh semangat. Tapi ketika bel tanda pelajaran berbunyi, dia lebih memilih untuk menghindar daripada berhadapan dengan angka, rumus, atau teori-teori yang malah bikin pusing. Matematika? Ekonomi? Hanya kata-kata kosong yang dia coba terjemahkan dengan senyum yang terus dipaksakan. Satria, cowok yang dipaksa jadi tutor pribadi Alfina, udah sampai titik frustasi. "Lo bener-bener bego!" katanya, meskipun di balik itu, dia enggak bisa menahan rasa kagum pada dunia Alfina yang penuh warna dan seni. Karena ada satu hal yang Alfina tahu dengan pasti: dunia seni adalah tempat dia bisa bersinar. Setiap goresan kuas di kanvas adalah tempat dia bisa bebas, tanpa perlu penilaian orang lain. Tapi di rumah dan di sekolah, ada satu sosok yang terus dibandingkan dengan Alfina-adiknya Thalita, yang cerdas dan selalu jadi juara kelas. Alfina merasa dirinya selalu kalah. Di balik kebingungannya dan perasaan tak cukup, Alfina mencoba menemukan cara agar bisa berjuang untuk dirinya sendiri. Tapi, apakah itu cukup? Dan di tengah semua itu, apakah Satria, yang frustrasi mengajar, bisa melihat potensi besar dalam diri Alfina yang selama ini dia abaikan? Apakah Alfina bisa melepaskan diri dari bayang-bayang adiknya? Apakah Satria bisa melihat lebih dari sekadar kegagalannya?
You may also like
Slide 1 of 10
Ketika Waktu Bersamamu cover
GRIZLEN {On Going} cover
VAGALDARA [TERBIT] cover
dimana janji tersebut cover
Gadis Tteokbokki & Cowok Mochaccino (DITERBITKAN) cover
[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun cover
AKU HANYA UNTUK NAURA cover
Fractured Cheerfulness (On Going) cover
God's Surprise ( Slow Update ) cover
RAHSYA UNTUK NAURA  cover

Ketika Waktu Bersamamu

65 parts Complete

"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama. Deg! Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala dan wajahnya. Jujur, dari hati yang paling dalam, dia menjauhi Brama karena Angel tak ingin kehilangan seperti yang terjadi pada Fahmi, walau pun dia tidak akan membandingkan keduanya. Angel hanya tidak mau hal itu terulang lagi. Setelah membuka mata, menghela napas dan menyisirkan rambutnya yang basah itu ke belakang dengan tangan kanan, Angel memandang depan. "Tak apa, Bram. Kamu nggak perlu tahu," jawab Angel. Jawaban itu membuat Brama kembali menghampiri Angel dan dia berdiri di hadapan Angel dengan posisi menyamping, sedangkan Angel dia menoleh kepada Brama. Namun, matanya memandang ke arah lain. Brama pun mengangkat dagu Angel dengan jari telunjuknya agar dia dapat memandang wajahnya. "Kalau kamu nggak mau mejawab atas pertanyaanku, biar aku cari tahu sendiri, Ngel," kata Brama masih dengan posisi yang sama. 🌼🌼 Kisah ini berlanjut, Brama dan Angel semakin dalam untuk mencari jawaban tersebut. Apakah jawaban itu?