"Sebelumnya Haga minta maaf pada Bahyai dan Ibuk, mungkin ini tiba-tiba. Haga ada di ndalem Bahyai untuk maksud baik, Haga ingin mengkhitbah Ning Qisya Bahyai." Haga Mestakhebiya Hasyim. Bocah tengil yang dibawa adikku Qiyas. Bocah tengil yang dijadikan santri ndalem seenak jidat oleh tuan muda Akalanka dan mendapat izin abah untuk menjadi ndalem. Siapa sangka bocah tengil itu berani bicara seperti itu pada abah. Aku memang sempat mengutuk kisah percintaan ku yang tak semulus saudara-saudara jauhku. Aku juga sempat meminta Allah menggantikan yang hilang secepatnya. Namun siapa sangka Allah mengijabah secepat itu. Namun bukan bocah tengil ini juga yang aku maksud. Awalnya aku kira dengan Menerima khitbahannya sama saja aku akan di tertawakan si tuan muda Akalanka. Bocah tengil itu dan Qiyas tidak jauh beda dari segi usia dan sifat, si tuan muda adikku dan bocah tengil itu sama-sama suka meledekku. Namun lambatlaun aku sadar, Qiyas adikku tuan muda Akalanka ku ingin aku bahagia karna Qiyas yakin Bocah tengil itu bisa membuatku melupakan yang terjadi dimasa lalu. Haga Mestakhebiya Hasyim, pada ahirnya bocah tengil itu yang menjadi ahir perjalananku. -SyaAll Rights Reserved
1 part