!!ON GOING!!
Terlalu toxic tanpa fisik, Nanami dan Gojo berani bilang seperti itulah hubungan mereka.
Saling mengejar namun juga saling menghindar. Layaknya binatang dengan gengsi setinggi langit.
"Kamu bisa cari yang lain," senyuman menyinggung dengan sindiran kasar. Gojo merekah sarkas.
"Tapi aku berani jamin," ia mendekat ke arah surai blonde yang menatapnya tajam. "Kamu akan merangkak kembali padaku."
Nanami tidak mau kalah, ia memegang bahu Gojo, meremasnya lumayan kuat. "Maka katakan saja kita sama,"
"Karna kamu juga akan menyeret tubuh berantakanmu itu, lalu merengek meminta belas kasihku." ucapnya kemudian berbisik pelan.
---
"Hubungan kita ini, sebatas teman bermalam saja." Kata Nanami membalik badan, "aku masih ingin Haibara."
Gojo menatap sukar, ia sedikit kesusahan untuk merangkai kalimat. "Jangan bicara seolah akulah yang memintamu memulai semua omong kosong ini." Ia menajam.
"Anggap saja ini mutualisme, Nanamin." tak seberapa lama, albino itu tersenyum.
Nanami tak habis pikir, padahal yang mengajaknya berhubungan dibelakang adalah Gojo itu sendiri. Jadi kenapa ia bersuara seolah bukan dia yang meminta?
(Disclaimer: karakter milik Gege Akutagami, saya hanya meminjam. Jika ada kesalahan dalam penulisan, tolong dikritik.)
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?