"Sandra... Lo kenapa?" Suara Tiara dengan nada penuh kekhawatiran menyapa gendang telinga Sandra. Tiara yang akan ke kamar mandi kantor dikagetkan dengan tubuh Sandra yang terlentang dengan darah yang mengucur di sela pahanya. "Anter gue...." Sandra mengusap perutnya yang masih datar dengan wajah yang mengeram menahan rasa sakit. "Oke, tunggu sebentar ya San." Tiara keluar mencari bala bantuan, dan beberapa saat kemudian Tiara dibantu satpam mengangkat tubuh Sandra yang sudah berlumuran darah ke dalam mobil untuk dilarikan ke salah satu rumah sakit ternama. Dalam hati Tiara mengutuk tingkah ceroboh Sandra, tetapi ia tidak bisa tutup mata. "Maaf, saudara siapanya pasien?" Tanya seorang dokter jaga yang menerima Sandra di UGD. "Saya temannya dok, ada apa dok?" "Maafkan kami, kami sudah sekuat tenaga untuk menyelamatkan janin yang ada di kandungan saudara Sandra, tetapi kami gagal." Bagai diguyur air di siang hari, Tiara merasakan kabar yang tak enak di dengar. Kabar keguguran yang tidak akan pernah diharapkan. "Hamil dok?" "Iya, sepertinya usianya baru beberapa minggu. Kami menyarankan untuk dilakukan kuretase." Tanpa menunggu lama, Tiara menandatangani surat hitam di atas putih. Surat yang mengantar Sandra ke babak baru kehidupan.