Untuk sesiapapun yang membaca, jangan berharap banyak.
Aku tidak menulis agar kalian mau membacanya, tidak pula agar kalian tahu atau bersimpati. Atau segala jenis prasa lainnya.
Aku menulisnya, karena kadang terlalu sayang untuk dibuang -meski sebenarnya tidak cukup penting. Tapi, sekali lagi, muntahan kalimat di kepalaku ini terlalu sayang untuk dibuang, pun akan semakin menyesakkan rasanya jika dipaksa bungkam.
Pun sebenarnya, untuk diriku sendiri -pula. Agar setidaknya, saat aku di masa depan kelak -jika umur ini sampai pada sekian tahun kedepan, kembali membuka dan membaca ini, aku ingin Ia tahu dan kembali mengingat, bahwasanya dirinya telah berhasil melewati banyak hal yang tertulis disini. Berhasil melewati tahap demi tahap emosi yang kerap membelenggu, dan menuangkannya dalam sini.
Bukuku. Isinya bagaimana aku. Tentangku. Dan sesekali, mungkin, emosi-emosi yang hanya bisa kutuang dalam tulisan.
-jangan berharap banyak.
Yang Liola ingat adalah dirinya tengah ingin ke warung untuk membeli nasi uduk, namun tiba-tiba saja ada yang membekap mulutnya, setelah itu pandangannya menjadi gelap dan bangun-bangun dia sudah ada di sebuah ruangan asing dengan tubuhnya yang terbalut gaun pengantin mewah.
"Gue di mana sih ini?"
"Kamu ada di rumah saya,"
"Lo siapa?"
"Saya suami kamu, Liola Kalaluna."
"Oh, suami- HAH?!"
.
.
.
.
.
.
JANGAN PLAGIAT, INI ORI HASIL KARANGAN SENDIRI!! MOHON KRITIK DAN SARANNYA SERTA DUKUNGANNYA JUGAAA ^^
Meskipun ceritanya udah tamat, tetep banyakin vote and komenn yaa, soalnya komenan kalian mood bangettt ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡