Dari semua bab yang ada dalam hidupku, lebih dari 50% isinya kamu. Duniaku selalu berpusat padamu. Semua harapanku di masa depan, penuh dengan namamu. Tapi sepertinya, harapan itu lenyap seluruhnya ketika kabar bahagia untukmu terdengar olehku dan cukup memporak porandakan hatiku.
"Itu tunangannya Presdir?" Noora memandangku, menelisik, menafsirkan kondisiku saat ini.
"Iya, lupa namanya siapa. Dia anaknya pemilik Sinar Mentari itu kan?" Timpal Nada.
"Iya, cantik yaa." Ucapku, sedikit berat untuk mengakui jika saat ini pujaan hatiku sudah menemukan pujaan hatinya.
"Lo juga cantik, Shaa..." Ujar Noora, seperti paham keadaanku saat ini.
"Kita bakal selalu ada buat lo, Sha.. Kita percaya lo bisa lewati ini semua. Kita nggak kemana-mana, move on yuk, life must go on." Kali ini Inggit turut menghibur.
Nada yang duduk di sebelahku langsung memeluk dari samping, memberi elusan pada lengan kananku. Tak mau kalah Noora dan Inggit langsung ikut bergabung. Arsyilla yang baru pulang selepas bertemu klien, tampak bingung melihat empat manusia sedang berpelukan, seperti saling menguatkan. Tapi di mata Syilla, mereka mirip teletubbies.