© Manggierea (or Hydrangea) ──; 紫蓮花 - Zǐ liánhuā - Lembayung Teratai ;── "Daun tidak pernah membenci angin, sekalipun angin seringkali menjatuhkannya. Perkara rasa yang muncul ketika tengah gulita, menyibakkan segala lara, menggantikan dengan alunan irama senada. Parasmu pekat, mampu melucuti biduk asmaraku." Katanya yakin. Seperti katanya. Bahwa, elegi itu sirna kala anila berbisik pada asmaraloka yang gata. Mengatakan bila asmara tiba dengan lengkara yang pasti akan membawa harsa diluasnya sagara. Itu hanyalah perumpamaan ambigu semata, yang sesungguhnya ialah, cakrawala mendekap erat pada sang chandra, demi setetes embun surya dari arunika terbit hingga fana merah jambu. Amerta ialah kata paling lengkara bagi bianglala, ayunya rona yang telah bermesra pada jumantara tak lekang dari kefanaan. Nan dasawarsa sebagai sekat renjana, sembari menunggu hilangnya kegundahan, sembari bergumul pada kepedihan. Kisahnya ini tak luput dari kesengsaraan yang abadi, sebagaimana nestapa menggenggam erat setiap tangan atma. Dia, manusia kastara yang berperan sebagai jaladra dalam buana. Seorang tabib dengan keahlian meliukkan pedang bak dewa perang, dengan keterampilannya, Ia dijuluki sebagai tabib nirwana yang diutus langsung oleh sang Dewata. Dalam kisahnya, ada satu nama yang menjadi pemeran utama setiap karya sastra yang ditorehkan pada prosa sengkala. Apakah takdir akan mempertemukan mereka di pemburit petang, ketika gulana memenuhi kehampaan, seperti harapannya? ──⚠️; FF FangHua, Wuxia, Donghua. ──⚠️; bromance × gay (boyslove) ──⚠️; rate (18+) - (M) ──⚠️; tidak ada acuan dalam proses upload/pembuatan ──⚠️; bebas request (dm) Thanks for you 🫶