Tentang Iru yang mencari restu.
---
Hidup menjadi anak tunggal membuat Iru kesepian dan membutuhkan teman. Mempunyai tetangga dekat yang menganggapnya seperti keluarga merupakan hal yang sangat Iru syukuri. Agar dapat diakui sebagai saudara sejati oleh ketiga tetangga a.k.a sahabatnya itu, Iru berjanji untuk ikut menjaga adik kesayangan mereka, Shalin, dari bahaya dunia luar. Di sisi lain, ketiga kakak Shalin sangat membatasi kehidupan adik perempuan satu-satunya. Namun, Iru adalah pengecualian dari larangan keluarga Shalin tentang laki-laki. Lama hidup berdekatan juga membuat Shalin jatuh hati pada tetangga yang menganggapnya sebagai adik sendiri itu.
Namun, semuanya berbeda setelah Iru menolak cinta Shalin beberapa tahun lalu.
---
"Pasang teralis di kamar Alin. Biar gak ada binatang yang masuk!" - Rama, kakak ke-1
"Jelasin ke kita semua sebelum Iru gue bakar hidup hidup!" -Revan, kakak ke-2
"Masuk kamar, kunci jendela lo sekarang sebelum pot ini gue lempar ke kepala lo, Ru!" -Rafa, kakak ke-2,5
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."