Eka Prasetya Pancakarsa = Janji atau tekad yang bulat.
Jauh dari timur Obelia, melewati laut yang membentang luas, terdapat satu kepulauan yang kita ketahui bernama Nusantara, negara yang indah alamnya, penuh dengan mistis dan keasrian warganya. Tidak banyak orang yang tahu tentangnya, walau ruang lingkup mereka besar.
Hingga suatu hari, seorang Penguasa dari Obelia singgah di salah satu pulau milik mereka tanpa disadari. Tentu itu membuat penghuni pulau tersebut tidak senang, Siapa ini? Orang asing, pikir mereka. Hampir mereka melukai satu sama lain, jikalau sang Putri tidak datang dan menenangkan rakyatnya.
Sang Putri yang elok dan ayu, langsung memikat pandangan Sang Penguasa. Dari sinilah timbulnya kisah cinta yang berakhir tragis bagi mereka, apakah bisa sang Penguasa yang sudah melanggar Eka Prasetya Pancakarsa nya dengan sang Putri menghadapi kemurkaan Nusantara?
Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Semuanya dijelaskan disini.
_______________________
DISCLAIMER and WARNING⚠
Ini memang bukan book pertama Author Haname tapi semoga kalian suka, akan ada banyak angst, horror, dan sakit hati, pastinya ada yang imut-imut dan lucu kok.
Genrenya agak Horror karena kita tahu Indonesia selalu terkait dengan mistis 😭
Wmmap/Sibap bukan punya saya.
Ini ditulis oleh Author PLUTUS-NIM dan diilustrasikan oleh SPOON-NIM.
Saya hanya meminjam latar, tokoh, dan cerita mereka.
Credit untuk gambar yang digunakan akan berasal dari Pinterest atau punya Hana sendiri.
Akan ada banyak kata-kata Sanskerta dan juga dikit-dikit sejarah Indonesia pada zaman Hindu-Buddha.
Nama (Name) Putri Puspa Nava Narlenda ini terdapat dari bahasa Sanskerta, dan karakter ini milik Hana, kalian boleh menggunakannya sebagai insert di cerita ini tapi kalau mau menggunkannya di cerita lain, NGOMONG DULU LU YA. AWAS AJA.
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.