Kami sekeluarga berduka atas kehilangan putri bungsu kami, Nala Nareswari Nawangkubimo. Tidak ada yang lebih kejam daripada perpisahan yang bukan direncakan oleh makhluk gaib yang kamu anggap sebagai pencipta semesta. Di dunia ini, kita diciptakan dengan tujuan untuk hidup dan bahagia sampai mati, jangan sia-siakan hidupmu dengan akhiran yang tak sampai pada kata 'akhir', pada dasarnya aku tidak tau mengapa ibu juga memilih untuk mengikuti jalan buruk tersebut, tetapi yang pasti beliau masih hidup di masa lalunya disaat Nala masih menjadi anaknya, temannya, sahabatnya. Aku minta maaf karena semuanya tak akan kunjung selesai, kita akan tetap berada di ambang keresahan tentang kejelasan dan akhir dari semua perjanjian bodoh ini.
Aku berharap kamu tetap menjadi cahaya dimanapun kau berada Nala, meskipun disana akan dingin, pedih, dan tidak ada ice cream kesukaanmu. Tetapi, peganglah janjiku bahwa kamu akan selalu mengingat kami disini, wajarkanlah perasaan kami jika terkadang tidak iklhas atas kenyataan yang ada. Anggaplah kami semua tetap menjadi keluarga kecilmu meskipun kita berakhir dengan cara yang berbeda dan aku benci cara tersebut.
Kami akan selalu mengenangmu Nala, jangan lupa bawa mama dalam pelukanmu. Mama terlalu sayang pada dirimu Na, kalian tenang di alam sana. Aku tahu kalian tidak bahagia, tetapi aku berharap semuanya baik-baik disana
Papa, Cakra, Gian.
Banyaknya darah adalah bukti bahwa pertarungan, pernah terjadi disini. Tujuanku datang ke Indonesia adalah untuk memastikan hal itu. Namanya adalah Asano Takatou, Seorang peneliti yang berasal dari Jepang.
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, saat Asano masih kelas satu SMA, ada sebuah kejadian berdarah di sebuah stadiun sepak bola di Indonesia yang mengharuskan stadiun tersebut ditutup paksa oleh pihak yang berwenang.
Kejadian itu sempat menjadi ramai diperbincangkan di dunia sepak bola, bahkan mendapat dukungan moral dari berbagai klub internasional. Namun, yang namanya berdarah tentunya tidak indah. Banyak orang yang melewati stadiun ini dan merasakan berbagai macam kejanggalan.
Asano yang saat ini berumur 25 tahun dan sudah menjadi peneliti ternama di Jepang, tertarik untuk meneliti hal ini dan keinginannya itu disetujui oleh pemerintah Jepang. Asano pun segera terbang ke Indonesia untuk memastikan apakah stadiun tersebut banyak mengalami hal aneh seperti yang dirumorkan?