"Salma! Jangan!" Gadis berambut panjang tersebut berdiri menatap nyalang sang empu. Ia mengambil pisau yang tak jauh dari tempatnya berdiri. "Abah, mau aku cepat-cepat mati kan?!" Tangannya menempelkan mata pisau ke nadinya. Abdurrahman menangis, ia tak kuasa melihat putrinya. Namun, apalah daya ia tak mampu memilih antar putrinya dan juga istrinya. "Jangan, Salma. Lihat abah, Nak. Kemari," titah lelaki paruh baya tersebut sambil berjalan mendekat ke arah Salma. "Selama ini, Abah membohongi aku!? Mama! Mama masih hidup, atau mati karna Abah dan perempuan itu?!" Salma berteriak histeris. "Kalau mama masih hidup, dia ada dimana? Kalau mama sudah .... mati, Abah kuburkan dia dimana?!! Selama ini aku diam dan dibohongi seperti orang bodoh kan!?" "Mama kamu, masih hidup." Salma terduduk lemas. Namun, detik kemudian Salma diikat dengan tali oleh sang Abah. "Telpon ambulans dari Rumah sakit Jiwa, Ma! Cepat!" Abdurrahman memeluk Salma dengan tali yang mengikat tubuh kurus putrinya. Salma terhenyak, tubuhnya lemas tak berdaya. Pisau yang ia genggam entah kemana dan lagi Abah memanggil ambulance. 'Tunggu, Abah memanggil ambulance rumah sakit jiwa?' pikirnya dengan seksama. "Aku nggak gila, Abah!!!!" "Wanita itu dalang dibalik ini semua!" lanjutnya dengan amarah. "Tunggu pembalasanku, akan kubongkar kedokmu, J*lang!"
4 parts