Sadatta Arvian, 25 tahun, baru saja mengalami tragedi patah hati level internasional. Pacarnya yang sudah sembilan tahun berpacaran, tiba-tiba menikah dengan sahabatnya sendiri. Belum sempat move on, tempat kerja Arvian bangkrut, membuatnya terpaksa menganggur.
Tapi Arvian bukan tipe yang suka merenungi nasib sambil memandang langit biru. Dia harus menghadapi tetangga kompleks yang hobinya memberikan komentar gratis tentang hidup orang lain. Pertanyaan "kapan nikah?" dan perbandingan dengan anak tetangga yang sudah sukses jadi makanan sehari-hari.
Di tengah segala kekacauan dan drama kehidupan, Arvian mulai menemukan makna hidup yang selama ini dia anggap biasa saja. Siapa sangka, di balik semua itu, ada kebahagiaan yang menantinya, dan juga... seseorang yang spesial.
Apa Kata Tetangga? Oh, tentu saja banyak, tapi Arvian tahu, yang penting adalah kata hatinya sendiri.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan