1 part Complete Lira adalah jiwa yang luka-pernah dikecewakan, dikhianati, dan tersesat dalam trauma yang menjadikannya takut untuk percaya. Ia belajar mencintai dengan waspada, memberi dengan ragu, dan bertahan dalam mode bertahan hidup. Hidupnya bagai rumah kosong yang pintunya selalu setengah tertutup, siap menolak siapa pun yang mencoba masuk terlalu dalam.
Lalu Arga datang. Ia bukan pahlawan. Ia juga punya masa lalu, punya salah, dan tidak selalu sempurna. Tapi Arga datang dengan cara yang tidak menggebrak pintu. Ia mengetuk perlahan, menunggu, dan tetap berdiri meski Lira berulang kali berkata "jangan masuk."
Cinta mereka bukan kisah indah yang lurus dan ringan. Tapi justru penuh liku, perdebatan, tangis tengah malam, dan relaps dari luka lama. Namun di sela itu semua, ada ketulusan. Ada pelukan hangat, ada kopi pagi, dan ada pelan-pelan belajar saling memahami.
Sayangnya, luka Lira lebih keras kepala dari cinta itu sendiri. Maka pada satu titik, ia kembali membangun tembok. Ia menyuruh Arga pergi bukan karena tidak cinta, tapi karena ia takut rumah yang mulai dibangun bersama akan hancur seperti sebelumnya.