Kehidupan Gus Ihzam sangatlah ketat dan penuh aturan agama yang selalu membatasinya. Hingga takdir mendatangkan seorang gadis kota yang super gila di dalam hidupnya.
Merenggut hidup tenagnya dan menggantinya dengan kehidupan penuh kewaspadaan. Bagai psikopat yang sedang mengintai mangsanya, gadis gila itu selalu ada ditempat manapun ia berada.
Ancaman, paksaan, dan intimidasi kuat dari sang ayah selalu menghiasi harinya semenjak gadis itu hadir dan mengacaukan hidupnya. Karena bukan dia saja yang selalu dibuat kesal dengan si gadis gila, tapi ayahnya juga.
"Mas ganteng, besok-besok Pak Kiyai nyuruh nyari menantu, jangan sungkan untuk cari aku yah. Soalnya selain jadi dokter, aku juga punya impian buat jadi istrimu." Kekeh gadis gila itu.
"Hmm .... Saya juga punya impian kecil. Dan sepertinya cuma kamu yang bisa mewujudkannya."
"Apa tuh?" Tanya gadis itu dengan wajah yang sudah berbinar-binar bahagia.
"Kepergianmu."
"Uu jadi mau. Sambil pegangan tangan yah kita, biar kamunya gak kesasar. Kalau kesasar di hati aku mah gak papa banget."
Begitulah sifat Gus Ihzam, ia selalu membalas gadis gila itu dengan kata-kata sarkasme yang bukannya mematahkan semangat si gadis, tapi malah semakin membakar semangatnya untuk terus menggoda dirinya
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.