Di minggu pertama setelah selesai tahlil tujuh hari, Ikbal sudah sibuk cari istri lagi. Alasannya karena ia kesepian di hari selasa dan rabu. Di mana jatah bermalamnya kosong lantaran si istri meninggal. Gilanya, orang kampung yang berada di bawah garis kemiskinan malah menyodorkan anak perawan mereka. Termasuk bapakku yang baru kemarin diputus kerja karena divonis menderita glukoma. Bapak terancam buta, jadi beralasan kalau aku harusnya menikah saja. Di desa, aku adalah satu-satunya wanita yang melanjutkan sekolah hingga SMA. Rata-rata temanku berhenti di SMP lantaran biaya. Di pelosok begini, daripada repot-repot sekolah, orangtua lebih suka mendidik anak perempuan untuk mulai mengenal dapur juga mengurus rumah tangga. Toh, ujung-ujungnya pasti jadi istri juga.
3 parts