12 parts Ongoing Segala perihal Kamilo seolah datang dari baris doa yang lama tertunda di langit ke tujuh. Namun justru itulah yang membuatnya tampak seperti hadiah dari semesta yang bosan akan hiruk-pikuk dunia. Milo, demikian ia kerap dipanggil. Anak itu tak pernah meminta dilahirkan pada dunia yang serampangan, namun ia tetap hadir, dengan segala pedih dan senyum yang saling menelan.
Milo itu ramah dalam tutur yang baik. Senyumnya juga bukan hasil dari paksaan. Jemarinya gemar meraba cahaya, menyusun kata lewat benda, memeluk boneka rubahnya seolah itulah jantung semesta. Suaranya tak selalu hadir ketika dipanggil, namun ia menangis untuk hal-hal yang luput kita pahami. Tawa kecilnya jarang, namun murni.
Orang-orang menyebutnya cacat dan autis, karena tubuhnya tak sepenuhnya patuh pada perintahnya. Tapi siapa peduli? Bagi mereka yang mencintainya, Milo adalah kesempurnaan tanpa cela. Ia bukan rusak, hanya berbeda.
Kamilo itu bintang, dan tak semua bintang perlu bercahaya terang untuk disebut indah.
***
[ KONFLIK RINGAN 😉
DAPAT MENYEBABKAN KEBINGUNGAN ]