Sekar Jati

"Kapan menikah?"
"Kapan menyusul sahabat atau saudaramu itu?"
"Kapan punya anak?"
Jangankan anak, menikah saja belum. Itulah kalimat yang sering terdengar olehku. Rasanya bosan bukan main. Bukannya tak mau menikah namun sepertinya Yang Maha Kuasa belum memberikan izin kepadaku. Lagipula mana ada pemuda yang menyukaiku dan belum tentu menikah itu adalah perkara yang mudah dijalani. Aku bukanlah wanita yang cantik ataupun aku bukanlah wanita kaya, aku hanyalah seorang gadis desa yang hidup sederhana. Tujuanku hanyalah satu yaitu ingin membahagiakan orang tuaku. Namun aku belum bisa membahagiakan orang tuaku. Apa yang harus aku lakukan untuk membahagiakan orang tuaku? Aku terus dihina dan difitnah oleh warga kampungku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pergi dari kampungku dan meninggalkan orang tuaku. Aku berjanji kepada diriku sendiri, aku tidak akan kembali ke kampung sebelum aku menjadi orang sukses dan dapat membuktikan diri bahwa walau dihina aku dapat membanggakan orang tuaku.
Namun tak disangka aku bertemu seseorang yang tidak aku duga. Seseorang yang mengubah hidupku yang sederhana dengan hati dinginku menjadi hangat kembali. Tentu saja karena orang itu. Berbagai cara memisahkan kami, namun cintaku tak pernah hilang walau berubah waktu dan berubah zaman.