"Anya, dari lo gue belajar kalau nggak selamanya warna gelap itu melambangkan ketakutan dan kesunyian."
- Nurai
"Dan gue belajar dari lo, kalau nggak semua goresan warna cerah itu melambangkan kebahagian." - Ranya
***
Aru dan abu-abu. Sikapnya yang membingungkan. Abu-abunya Aru yang sulit Nurai mengerti. Abu-abu yang dibawa Aru selalu membuatnya bingung menentukan pilihan. Abu-abu tidak segelap warna hitam milik Ranya, namun juga tidak seterang warna putih milik Nurai.
"Nggak apa-apa, warna itu hanya pilihan. Gue bisa memberikan banyak warna lain kalau lo mau."
Nurai belajar banyak dari Ranya, karena tidak semua warna gelap milik gadis itu selalu memberikan makna sunyi, rasa takut, dan kesendirian.
Lalu, sampai akhirnya Aru datang membawa warna baru. Warna yang sama sekali tidak Nurai kenali. Nurai tahu keberadaan warna itu, namun selalu meninggalkan makna bingung yang Nurai dapatkan. Terlalu banyak tanya dari warna itu. Sampai Aru menjelaskan, sampai Nurai akhirnya mengerti. Kalau abu-abu itu, tidak sekedar warna. Tidak sesederhana kelihatannya. Tidak seringan jemari Nurai saat menyapukan warnanya. Menyatukannya dengan warna-warna lain di dalam lukisan. Iya, tidak sesederhana itu. Warna abu-abu, ada Aru di dalamnya. Yang sulit Nurai mengerti. Namun anehnya, untuk kali ini, Nurai mau repot-repot untuk menyamai warna itu.
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.