[Follow sebelum membaca] Setelah hari itu, mereka berjalan di jalan masing-masing yang tak lagi sama. Aruna dengan segala mimpinya, dan Dehan dengan dunianya. Semuanya sudah berbeda. Apa artinya dunia jika tak dapat menikmati indahnya. Kepada siapa pula Dehan harus mempersembahkan dunianya jika separuhnya saja ia tinggalkan. Lalu, bagaimana dengan sebagian mimpi Aruna yang dengan terpaksa harus ia relakan. Mimpi yang tersusun rapi di atas mimpi mimpi besarnya, dihempaskan begitu saja oleh detik-detik yang terus melangkah maju. Namun, bukankah hidup memang seperti itu? Ada yang harus diperjuangkan, ada pula yang harus direlakan. Pada akhirnya, bahagia akan menemukan waktunya sendiri. Dan seseorang yang pernah hadir di cerita kehidupan, dia ditakdirkan menjadi bagian dari proses menuju bahagia, meski dalam proses itu air mata turut menemani dan bahagia seakan enggan untuk hadir. Dan apapun yang pernah ada di setiap proses itu, tak harus selamanya menetap dan menjadi milikmu, bukankah di dunia ini tak ada yang benar-benar dimiliki secara utuh?