“Bapak, mau menikah lagi?" Dia diam. Sudah dapat ditebak. Cukup sadar diri saja, aku ini siapa? Hanya pembantu rumah tangga. "Iya." Terima kasih sudah mau jujur. Setidaknya, aku tidak perlu memupuk harapan hanya untuk memanen sakitnya. "Saya—" "Saya siap, Bapak ceraikan!" Duh, kebiasaan memotong ucapannya. Semoga, Pak Zaidan yang terhormat tidak mengamuk setelah ini. "Saya dan Andine dijodohkan—" "Kalau maksud, Bapak mau poligami, saya juga enggak keberatan."