"Aku paham. Namun, kamu butuh pelukan itu. Kenapa menghidariku setelah pulang dari luar kota sampai sekarang, Ngel?" tanya Brama.
Deg!
Mendengar pertanyaan Brama, Angel memejamkan mata dia merasakan guyuran hujan yang semakin deras jatuh ke kepala dan wajahnya. Jujur, dari hati yang paling dalam, dia menjauhi Brama karena Angel tak ingin kehilangan seperti yang terjadi pada Fahmi, walau pun dia tidak akan membandingkan keduanya. Angel hanya tidak mau hal itu terulang lagi. Setelah membuka mata, menghela napas dan menyisirkan rambutnya yang basah itu ke belakang dengan tangan kanan, Angel memandang depan.
"Tak apa, Bram. Kamu nggak perlu tahu," jawab Angel.
Jawaban itu membuat Brama kembali menghampiri Angel dan dia berdiri di hadapan Angel dengan posisi menyamping, sedangkan Angel dia menoleh kepada Brama. Namun, matanya memandang ke arah lain.
Brama pun mengangkat dagu Angel dengan jari telunjuknya agar dia dapat memandang wajahnya.
"Kalau kamu nggak mau mejawab atas pertanyaanku, biar aku cari tahu sendiri, Ngel," kata Brama masih dengan posisi yang sama.
🌼🌼
Kisah ini berlanjut, Brama dan Angel semakin dalam untuk mencari jawaban tersebut. Apakah jawaban itu?
Sesampainya di gedung. Mereka langsung saja masuk dan menuju laboratorium Andala Muda. Sebenarnya, tadi mereka heran. Mengapa pintu lab terbuka? Padahal, biasanya ada orang di dalam pun pintu itu tetap tertutup dan mereka yang ingin masuk harus menjawab teka-teki pertanyaan terlebih dahulu yang tertera pada layar pintu. Di sana sudah ada Profesor Nfsin yaitu pengawas dan pembimbing proyek tersebut.
Melihat Nigella di antara mereka Profesor Nafsin langsung memanggilnya, setelah saling berdiri berhadapan. Profesor Nafsin menepuk pundak kanan Nigella lembut seraya menghela napas. Tingkah profesornya membuat Nigella bingung.
"Ada apa, Prof?" tanya Nigella penasaran.
"Saya minta maaf, Nigella. Rancangan yang kamu buat sistemnya rusak parah," kata Profesor Nafsin.
"Apa? Kenapa bisa, Prof?" tanya Nigella.
"Ada yang merusaknya bahkan pengaman pintu lab kita telah diblokir," kata Profesor Nafsin.
"Terus apa manfaatnya petugas keamanan di sini, Prof? Nggak guna! Saya akan ke sana menemui mereka!" ucap Nigella langsung meninggalkan ruang laboratorium. Profesor Nafsin pun ingin mengejar, tetapi dicegah oleh Habba. Dia meminta izin untuk mengejarnya, setelah mendapat izin. Habba bergegas saja menyusul Nigella. Dia paham, Nigella sangat kecewa jadi emosi dalam dirinya tidak bisa dikontrol.
----
Ketika proyek pengembangan teknologi Sains Naro yang diamanahkan kepada siswa-siswi jenius dari berbagai sekolah---jenjang SMA di seluruh Indonesia. Meraka dengan senang hati menerimanya.
Namun, ternyata semua itu tak mudah. Mendadak, ada kendala besar yang menimpanya. Apakah mereka sanggup untuk melanjutkannya?