Aku bangun tidur. Kesadaran adalah listrik padam. Putusannya memejamkan cerita hitam putih kotak dalam kecil tabung mimpi semalam. Kuusap mataku, sekali lalu berkali-kali- masihkah aku mampu membaca ucapan selamat pagimu: teramat kabur. Tidak jelas benar antara bahasamu dan hantu di ingatanku. Aku seduh teh hangat- bukan chamomile. Aku alpa entah dari jenis teh mana - perasaan suka menghapus nama. Lengan uapnya terasa serupa rangkaian jemari yang berusaha menyentuh leherku yang kedinginan. Ini menu pagiku: secangkir teh hangat yang tak kuingat jenisnya kecuali mesra hangatnya. Aku buka gawaiku. Harapan orang-orang hilir mudik seperti mobil di libur panjang- padat dan memuakkan. Harapan tahun lalu untuk tahun depan, atau untuk selamanya pulang-pergi diulangi. Kenapa harus ada perbaikan harapan jika keinginan bisa bertahun-tahun bertahan jadi tujuan daripada kemampuan? Nanti malam akhir tahun. Kembang api. Pekik terompet. Kemacetan. Titik nol. Hitungan mundur. Semua orang menyukai kesesakan jalan daripada sepi jarak dua kursi di balkoni yang akan menguping apa rencana kita selanjutnya. Besok berganti tahun. Dan sebelum itu, aku perlu memastikan bahwa aku kan bertahan bertahun-tahun dengan atau tanpamu.
31 parts