Story cover for Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku Sendiri by Asy_Thisyourtime
Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku Sendiri
  • WpView
    Reads 1,488
  • WpVote
    Votes 343
  • WpPart
    Parts 13
  • WpView
    Reads 1,488
  • WpVote
    Votes 343
  • WpPart
    Parts 13
Ongoing, First published Jan 01, 2024
"Lalu apalagi selanjutnya?"

Aku tahu aku salah, aku paham dan aku tahu apa resikonya. 
Namun, apa yang harus aku lakukan? 
Jika bagian dari diriku tak bisa menghentikan itu semua?

"Kamu bisa memulainya dari orang-orang di sekitarmu, pilihlah lingkungan yang baik"

Jika perkataan itu ada, aku ingin bertanya pula "Lantas bagaimana jika yang membuat hancur adalah diriku sendiri?"
Bisakah dunia memberikan jawaban atas segala hal yang aku ragukan untuk perbaiki? 

Semua ini tentang pertanyaan, aku harap dalam setiap bagian adalah jawaban dari kelelahan yang aku dan mungkin 'kamu' alami. 

Tanpa aku sadari, lawan terbesarku adalah diriku sendiri. 
-Asy
All Rights Reserved
Sign up to add Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku Sendiri to your library and receive updates
or
#1selfimprovment
Content Guidelines
You may also like
Coretan Sera (HIATUS)  by saharahaa
5 parts Ongoing
Sera, seorang gadis muda yang selalu menemukan kebahagiaannya dalam keramaian dan interaksi sosial, perlahan menyadari bahwa ia telah mengorbankan kebahagiaan pribadinya demi orang lain. Sejak kecil, ia percaya bahwa kebahagiaan sejati datang dari dikelilingi oleh banyak orang, dari menjadi pusat perhatian, dan dari memberikan segala yang ia miliki untuk menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Namun, keyakinan itu mulai runtuh ketika ia merasakan pahitnya kenyataan bahwa sebagian besar dari "teman-teman" itu hanya datang saat mereka membutuhkan, meninggalkan Sera sendirian saat badai kehidupan menerjang. Kesendirian yang ia rasakan di tengah keramaian menjadi lebih menyakitkan daripada kesendirian yang sesungguhnya Dalam keputusasaan, Sera teringat akan nasihat ibunya: "Setiap masa pasti ada orangnya; dan setiap orang pasti ada masanya." Nasihat ini, yang dulu hanya ia anggap sebagai kalimat bijak biasa, kini mulai menemukan makna yang mendalam. la mulai bertanya-tanya, apakah masanya untuk belajar mencintai diri sendiri telah tiba? Apakah orang yang paling penting di dalam hidupnya adalah dirinya sendiri? la menarik diri sejenak dari hiruk pikuk, mencoba memahami siapa dirinya tanpa label-label yang diberikan orang lain. la belajar mengatakan "tidak" tanpa rasa bersalah, menetapkan batasan, dan memprioritaskan kesehatan mentalnya. Proses ini tidaklah mudah. Ada rasa takut kehilangan, rasa bersalah, dan kecanggungan di awal. Namun, dengan setiap langkah kecil, Sera menemukan secercah cahaya. la mulai melakukan hal-hal yang dulu ia tunda demi orang lain: membaca buku yang ingin ia baca, menjelajahi tempat baru sendirian, dan menulis jurnal untuk mencurahkan isi hatinya. Dalam kesendirian yang ia peluk, ia menemukan sebuah keheningan yang menyembuhkan, sebuah kedamaian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. la menyadari bahwa "kita hanya membutuhkan keheningan untuk mempertahankan jiwa yang waras, di tengah dunia yang sangat keras."
You may also like
Slide 1 of 10
Hopeless cover
Aku (hampir) Menyerah ✔️ | END cover
Kasih Nyaris Tak Sampai cover
Tears Of Sincerity [TERBIT ✓] cover
Paradise cover
PENGALAMAN KU, KISAH DIA cover
Does Not Become Anything cover
Slow Days (FIN) cover
L.O.S.T Don't Know How to Love cover
Coretan Sera (HIATUS)  cover

Hopeless

31 parts Complete

[COMPLETED] "Whoever told you that life would be easy, I promise that person was lying to you." --Kondisi dimana tidak memiliki ekspetasi tentang hal-hal baik yang akan terjadi dan juga kesuksesan di masa mendatang. [Definition of Hopeless] Apakah ini tentang kisah cinta masa remajaku? Astaga, bahkan aku tidak yakin tentang cinta itu nyata. Yang aku tahu hanya luka dan luka. Itu saja. Tangisanku bukan tangisan patah hati, lagipula perasaanku sudah mati. Jiwaku diasuh oleh sepi, hingga teman terbaikku hanya rasa sendiri. Setidaknya aku punya mereka, orang yang mengajariku bahwa aku tidak sendirian. Meskipun ada kalanya aku menyerah dan pasrah. Apakah akhir ceritaku ini bahagia? Apakah aku akan terus berkawan dengan tangisan, hingga aku lupa cara untuk mencari kebahagiaan? Aku hanyalah satu dari ratusan orang yang sakit secara jiwa, aku bersahabat dengan sesuatu yang mereka sebut depresi. Hingga yang kukenali hanya keputusasaan pada masa depan diri sendiri.