Yang Nora mau hanyalah menyelesaikan masa sekolahnya dengan damai sambil mengumpulkan uang sebanyak mungkin, lalu lulus dari Eldën dan mencari tempat tinggal untuknya seorang sehingga ia dapat mulai hidup mandiri dan stabil dengan topangan karir pilihannya. Tak perlu memusingkan tentang drama remaja hormonal atau aktivitas nonakademik yang menguras tenaga tanpa diupah, terimakasih banyak.
Namun sejak pesan-pesan misterius dari orang eksentrik itu bermunculan, gadis yang gemar membubuhkan sketsa pada sisi kertas kosong itu sadar bahwa aktivitasnya perlahan menjauhi progresnya menuju kehidupan yang ideal. Lebih buruknya lagi, ia harus berhadapan dengan bagian dari masa lalu yang tak mau diingatnya kembali.
(Tapi memang kita takkan selalu memperoleh hal yang kita mau, 'kan?)
──────────────────────────
Bagi murid dan staf Eldën, Nora (Eleanor Flõyd, 15) adalah gadis berambut terang tak sampai sebahu yang terkadang bisa ditemui di meja jaga perpustakaan. Fershmānn yang merupakan satu dari sekian banyak murid baru lain dengan perangai tenang dan cenderung serius. Peraih nilai matematika dan kimia tertinggi di tahunnya tiap kali nilai ulangan dan ujian terpampang di papan pengumuman. Murid 9-2 bermata cokelat tua yang entah kenapa akhir-akhir ini sering muncul di kantin dan duduk di meja penuh kakak kelas dengan wajah-wajah familiar.
Bagi penduduk Polāris, khususnya warga yang bermukim di sekitar rumah Flõyd, Nora adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama adik dan nenek tirinya. Si gadis yang kadangkala mondar-mandir menawarkan jasa dari otot dan otaknya demi upah yang fluktuatif. Si anak introver yang jarang terlihat menikmati hidupnya untuk seseorang semuda itu.
Tak banyak yang mengenal sang gadis secara personal. Meski begitu, nama dan mukanya perlahan dikenali oleh beberapa karena satu dan lain hal.
Jadi, siapa sebenarnya Nora?
[Trope: age-gap friendship, found family]
Seri Pertama Polāris
Agatha Kayshafa.
Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu.
Pradeepa Theodore.
Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukkan. Detik itu juga Theo bertekad untuk mendapatkan gadis itu.
Faktanya mereka ternyata satu sekolah, semua mengenal Theodore, sang kapten basket. Namun berkebalikan dengan Agatha, gadis yang keberadaannya saja tidak diketahui warga sekolah.
•••
"Balapan kali ini taruhannya mobil lo. Kalo gue kalah, lo bisa ambil cewe gue." ucap Samuel.
"Nggak impas. Mobil gue lebih mahal ketimbang cewe lo." balas Theodore bergegas masuk dalam mobilnya.
Itulah janji yang Samuel buat dengan Theodore.
Theodore yang awalnya tidak tertarik dengan gadis yang dijadikan taruhan oleh Samuel lantas buru-buru menarik kata-katanya dan mendeklarasikan bahwa dirinya amat sangat tertarik dan akan membuat gadis itu selalu berada disisinya.
•••
"I'm a tattoo artist."
"Oh ya?"
"Want to be the first? And try a red mark on your neck?"
"Stress!"
‼️Harsh words, toxic shit, and mature.