Surga dan Neraka diartikan oleh orang awam adalah akhir dari jalan kematian, padahal di dunia bisa merasakan surga dan neraka tanpa harus meninggal dunia terlebih dahulu.
Surga dapat dirasakan ketika kamu bahagia, apa yang kamu inginkan tercapai, keluarga damai, setiap masalah gampang diselesaikan, gaji besar, hidup sesuai yang kamu inginkan dan tambahkan hal yang positif lainnya itulah surga.
Begitu juga neraka, neraka dapat dirasakan ketika kamu merasa sedih, kehilangan, keterpurukan, broken home, terjadi KDRT, selalu gagal terhadap apa yang kamu inginkan, dan tambahkan hal yang negatif lainnya itulah neraka.
Di tulisan ini kita akan membahas bagaimana agar setiap orang bisa membangun kebiasaan layaknya kebiasaan ahli surga alias bahagia selayaknya manusia yang dimanusiakan oleh manusia yang lainnya baik dalam dirinya maupun dari luarnya.
Mari kita bangun kebiasaan ahli surga dan menghilangkan kebiasaan ahli neraka, surga dalam artian kebiasaan baik dan neraka dalam arti kebiasaan buruk.
Selamat membaca semoga bermanfaat, dan membangun menjadi lebih baik lagi.
Tidak semua perjalanan hidup memiliki jalan yang semulus tol, bahkan bukankan tol juga memiliki jalan yang bergelombang ? Lantas mengapa manusia harus sombong dan membandingkan hidupnya dengan sesama? Hidupku adalah cerita milikku, maka dari itu biarkan aku untuk bercerita mengenai kisahku dengan versiku.
Sebuah cerita yang berawal dari ketidaksengajaan yang menjerat dua orang manusia pada ikatan yang menyatukan keduanya dalam hubungan seumur hidup. Pertemuan pertama dengannya saat itu berhasil menarik ku pada sebuah perasaan yang terkadang membuatku berpikir, apakah ini sebuah rasa suka atau hanya kagum semata ? Dan saat rasa itu mulai naik ke permukaaan, semuanya mulai terasa mebingungkan, menyakitkan dan membawaku pada rasa kecewa yang tak pernah aku rencanakan.
Perkataan yang masih terngiang dalam kepalaku hingga saat ini
"Al ! Kamu harus mengerti posisi ku saat ini dan tolong ngertiin posisiku, untuk saat ini bukan saatnya kamu memberi pilihan seperti itu" Katanya saat itu, menutup pembicaraan panas diantara kita dan meninggalkan ku dengan segudang perasaan sedih dan tanya yang menggema
"Kenapa aku harus mengerti semua perasaan orang ?"
"Posisi apa yang harus mengerti?"
"Kenapa memberi harapan? Jika pada akhirnya aku tidak dijadikan pilihan"
"Apakah sepenting itu ? Hingga itu yang menjadi pilihanmu"
"Kenapa semua hal ini harus terjadi ? Apakah dunia ingin bermain dengan ku? Jika iya, sungguh aku sudah terlalu muak"
Pertanyaan yang terus menggema itu, selalu menuntut jawab atas tanya yang tak pernah tersampaikan. Hubungan yang semula terjadi karena pertemuan tak disengaja itu, akhirnya membawa kedua insan manusia itu pada pilihan melepaskan atau mempertahankan hubungan itu, saat salah satunya telah terluka. Seakan melepaskan menjadi jalan terbaik untuk keduanya, tanpa tahu ada hal yang harus mereka pertahnkan bersama