di umurnya menginjak kepala tiga hampir memasuki kepala empat seorang ibu mana yang tak kawatir, anak laki lakinya belum mempunyai pendamping hidup ini yang terjadi ke pada ibu rania walau pun belum menikah setidaknya memilki seseorang yang di suka berbeda dengan arischa yasa praya dia belum pernah melihat anaknya membawa seseorang wanita atau memperkenalkannya. dia takut anaknya tidak suka pada wanita rania sudah berulang kali menasehati untuk segara menikah tapi selalu saja jawaban anaknya begitu hidup arischa tidak pernah jauh dari kertas bertumpuk dan bagaimana caranya membuat kertas lebih banyak lagi di kantongnya hidupnya sungguh monoton yang di lakukan berkeja kembali ke apartement dan begitu seterus kalau pun ke acara itu pun bisnis kalau tidak kerabat dekat dan sahabat yang membuat acara mana mungkin dia mau pergi, tapi bagaimana seorang arischa yang tidak pernah atau malas untuk berkenalan dengan wanita mulai merasakan jatuh cinta apakah cintanya berbalas atau malah sebaliknya tidak ada yang tahu bahwa arischa bukan tidak suka wanita tapi ia berpikiran bahwa dia mengenal wanita untuk di nikahi bukan untuk di pacari