Puan-puan perindu rembulan, kutitipkan syair ini. Hadir mengikhlaskan takdir, meski semuanya belum berakhir, dan tak perlu bersenda gurau di tengah hiruk-pikuknya nostalgia. Karena kini yang tersisa dalam diriku hanyalah secercah simfoni yang tak bertuan. Biarkan arah mata angin ini menjadi saksi dalam peta dan penaku, sampai nanti Tuan merindu untuk kembali mengenang. -Grahitaka, 2024.