Menjalani hari dengan penuh senyum adalah apa yang ingin Callipelta lalui. Menebar keceriaan, tanpa menyisakan celah untuk rasa sedih menyelinap memasuki hidupnya. Bagai mentari pagi, kehadiran Callipelta melengkapi hidup Cael yang mudah bosan. Topeng yang dipakai bagai sebuah kebiasaan, perlahan luluh lantah dibawah godaan senyum Callipelta. Bahkan sang ibu, yang membawanya terlahir melihat dunia, tak sekalipun mampu membuat ia memperlihatkan jati diri sebenarnya. Apa yang disembunyikan dengan apik dalam topeng keseharian, menjadi bukti darah yang mengalir melalui nadinya lebih kental dari cairan manapun didunia. Dan Callipelta, sudah menjadi hak paten Cael sejak pemuda itu memutuskan menaruh hatinya pada gadis manis itu.