Sejak kecil aku selalu mengira bahwa, aku akan jatuh cinta pada seseorang yang lebih seperti diriku. Tak perlu yang tampan, hanya seseorang yang tangguh, spontan, hangat dan penuh dengan lelucon yang bisa membuatku tertawa terbahak.
Sedangkan dia. Dia lelaki tampan, mapan, cerdas dan berkharisma. Dia jelas idaman semua wanita.
Tapi dia. Dia lelaki dingin, kaku, ketus dan menyebalkan.Dia tak pernah pandai berkata-kata, karena itulah ia sering membuatku salah menafsirkan tindakannya.
Tapi siapa sangka?. Aku menyukainya. Aku menyukai setiap permainan teka-teki atas tindakannya yang tak bisa diuraikan oleh kata. Aku menyukainya. Aku menyukai menebak-nebak arti dari perlakuannya.
Aku menyukainya. Menyukai berada disisinya dan membuat lelaki es batu itu tertawa.
Aku menyukainya. Menyukai setiap aspek pada dirinya yang selalu rumit dan tak terduga.
Aku menyukainya. Menyukai memperjuangkannya dan kemudian menyadari bahwa aku,
Aku mencintainya.
Teman-teman bilang, kisah cinta gue itu pasaran. Naksir tapi cuma bisa memendam (kalo lo bilang gue pengecut, itu artinya bukan hanya gue aja yang lo judge tapi juga jutaan cewek yang naksir diam-diam).
Sebenarnya sih itu udah kelewat lumrah. Yang langka terjadi di realita adalah.... punya sahabat berbeda jenis (cowok cewek maksudnya) dan parahnya lo naksir dia!
Yupss. Itu yang sedang gue alami. Percayalah, rasanya berjuta kali lebih nggak enak dibanding lo naksir cowok terkeren di sekolah. Seakan ada sesuatu yang salah dan nggak pada tempatnya. Wajar sih, karena memang nggak seharusnya ada rasa "cinta" di tengah persahabatan.
Tapi mau gimana lagi? Beruntung buat gue kalo perasaan itu melekat di kedua pihak. Nah, kalo nggak?
Kan sakit.
***
Peniu.