Di bawah langit kelabu yang selalu menyimpan rahasia, seorang remaja lelaki berkelana di sekolah sihir, tempat para mimpi bertemu dalam satu garis tipis. Negeri itu bercerita tanpa suara, di balik gerbang tua dan lorong yang berbisik, di balik buku dan pena yang telah tertulis sejarah, yang siap meletup seperti malam yang bosan menunggu fajar. Namun, balas dendam bukanlah akhir dari semua ini, ia hanyalah permulaan dari teka-teki yang jauh lebih besar, kusut oleh zaman yang tenggelam dalam hiruk pikuk penindasan dan superioritas. Di dunia di mana kasta dan etnosentrisme menjadi hukum tak tertulis, mereka yang berjalan lambat akan tertinggal, sementara yang berlari cepat harus mengorbankan hati. Rotasi waktu terasa seperti penjara, terlampau lambat bagi jiwa-jiwa yang terbakar oleh ambisi dan amarah. Dalam dunia yang tak lagi mengenal batas antara manusia dan entah apa disebutnya, ia belajar bahwa kadang menjadi liar adalah satu-satunya cara untuk bertahan. Menaklukkan atau ditaklukkan, mengungkap kebenaran atau tenggelam bersama kebohongan.