Story cover for Kapalku (tidak) Pecah by dhirashezaaa
Kapalku (tidak) Pecah
  • WpView
    Reads 64
  • WpVote
    Votes 32
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 64
  • WpVote
    Votes 32
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published Jan 20, 2024
"Mau tahu filosofi kapal?" Dhira menahan tangisnya.

Raka hanya termenung dan berbaring.Ia mengangguk lemah meski sebenarnya cowok tidak seingin tahu itu apa yang ingin wanita di sampingnya ini katakan.

"Tapi maaf sebelumnya, kamu siapa?"

Satu tetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tak marah kepada Raka yang tidak memingatnya. 

"Kamu satu-satunya kapalku yang tidak pecah."
All Rights Reserved
Sign up to add Kapalku (tidak) Pecah to your library and receive updates
or
#16alzheimer
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
KARAFERNELIA  cover
FEARLESS || JAYISA cover
Sedalam Samudera  cover
ALETTHA [Completed]✔ cover
❬ ✓ ❭ Furthermore cover
Maaf (Sequel Off T.A.A.O) | SELESAI REVISI cover
Ragatha cover
Ikhlas Yang Tak Mudah cover
FADING IN THE SILENCE cover

KARAFERNELIA

47 parts Ongoing

Cerita ini menggambarkan perjalanan emosional Bryan dan Alesha serta dampaknya pada anak-anak mereka, menggambarkan kebahagiaan di tengah kesedihan dan harapan untuk masa depan. .... Raka berdiri di tengah kamar, wajahnya merah dan napasnya memburu. "Lu mending keluar dari kamar gue sekarang juga! Lu cuma ganggu gue, tau nggak? Bicara yang penting-penting aja, jangan cuman bikin ribut!" ujarnya dengan emosi memuncak. Bian, yang sudah lelah dengan suasana tegang, menjawab dengan nada kesal, "Biasa aja napa sih? Iya, iya, gue keluar. Gue nggak akan ganggu lo lagi." Dengan geram, Bian membuka pintu dengan keras dan menutupnya sampai bergetar. Kamar itu kini hening. Raka berdiri diam, meresapi kesunyian yang menggigit. Di sudut kamar, dia membiarkan air mata menetes perlahan, wajahnya tersembunyi di balik tangan. Dalam isak tangisnya, dia berbisik, "Gue nggak benci, gue cuma kangen. Gue pengen banget ngerasain pelukan dari sosok ayah, tapi dia udah punya keluarga sendiri, jadi gue nggak bisa ganggu dia." Raka merasa frustasi dan terpuruk, merasakan setiap detik beratnya kepergian dan kekosongan yang ditinggalkan. Seperti jejak langkah yang meninggalkan bekas, kenangan itu terus menghantui dan menyisakan luka dalam hati.