Sevan merasakan kebencian yang mendalam terhadap Revan, abangnya yang selalu menjadi bahan bullyan di sekolah. Dia tidak tahan melihat Revan yang lemah, pengecut, dan tidak berguna. Dia sering menyakiti dan mengejek Revan, bahkan di depan orang tua mereka. Dia tidak peduli bahwa Revan menderita leukimia, penyakit mematikan yang membuat tubuhnya semakin rapuh dan berdarah. Revan merasakan cinta yang tulus terhadap Sevan, adiknya yang selalu menjadi bintang di sekolah. Dia kagum melihat Sevan yang tampan, cerdas, dan berbakat. Dia selalu sabar dan pengertian dengan Sevan, meskipun Sevan sering menyakiti dan menghina Revan, bahkan di depan orang tua mereka. Dia tidak mau Sevan tahu bahwa dia sakit parah, karena dia tidak ingin Sevan khawatir dan sedih. Suatu hari, Sevan menemukan buku harian Revan yang tersembunyi di bawah kasurnya. Dia membaca isi buku harian itu dengan penasaran, dan terkejut dengan apa yang dia temukan. Dia mengetahui bahwa Revan adalah orang yang menyumbangkan ginjalnya untuk Sevan, ketika Sevan masih kecil dan mengalami gagal ginjal. Dia juga mengetahui bahwa Revan menderita leukimia sejak awal masuk SMA. Dia juga mengetahui bahwa Revan selalu mencintai dan memaafkan Sevan, meskipun Sevan selalu menyakiti dan menghina Revan. Dia merasa bersalah dan menyesal dengan semua yang telah dia lakukan pada Revan. Dia ingin meminta maaf dan berterima kasih pada Revan. Dia ingin mengubah sikapnya dan menjadi adik yang baik untuk Revan. Tapi, apakah dia masih punya waktu? Apakah Revan masih mau menerimanya? Apakah Revan masih bisa bertahan hidup? Apakah Sevan bisa menyelamatkan Revan, seperti yang pernah Revan lakukan untuknya? Ini adalah kisah tentang Sevan dan Revan, dua bersaudara yang berbeda sifat dan nasib. Ini adalah kisah tentang cinta, pengorbanan, dan penebusan. Ini adalah kisah tentang senja terakhir yang mereka nikmati bersama.All Rights Reserved
1 part