Midnight Roses [Hiatus]

"In your vulnerability, i found a canvas for my obssesions, a masterpiece painted with the strokes of your fragility. So would you like to help me to paint it, my darling, Seraphine?"

Musim gugur, 1993.
Seraphine Isadora Noire, gadis rapuh yang hidup dengan luka lama dan ketakutan terhadap dunia, tidak pernah menyangka bahwa sebuah tatapan singkat di aula musik akan mengubah segalanya. Di balik denting piano, ia menemukan Lucian Armandeau Laurent-seorang profesor muda yang sinis, dingin, namun mampu merajut melodi seolah memanggil jiwa-jiwa yang hilang.

Bagi Seraphine, suara piano itu bukan sekadar musik; itu adalah satu-satunya bunyi yang tidak melukai. Bagi Lucian, Seraphine adalah teka-teki sekaligus candu: kepolosan yang bisa ia retakkan perlahan, naivitas yang bisa ia bentuk menjadi altar bagi obsesinya.

Pertemuan mereka menjadi awal dari permainan berbahaya, di mana cinta dan kehancuran bercampur tanpa batas. Lucian, dengan segala rahasia kelam dan masa lalu yang menggoresnya, menjadikan Seraphine bukan hanya murid, tetapi juga cermin dari sisi dirinya yang paling runtuh. Dan bagi Seraphine, setiap langkah mendekati pria itu berarti menyerahkan bagian dari dirinya yang tak akan pernah bisa ia ambil kembali.

Di musim gugur yang muram itu, musik menjadi doa, luka menjadi ikatan, dan cinta menjelma sesuatu yang lebih menyerupai kutukan.

[𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠] Disturbing themes. You will dealing with physical and mental abuse, violance, trauma, drugs, exploitations, stockholm syndrome. Not be suitable enough for the minors. PG-15

Ⓒ︎𝐀𝐥𝐥 𝐑𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 𝐑𝐞𝐬𝐞𝐫𝐯𝐞𝐝
𝐖𝐞𝐧 𝐇𝐚𝐧𝐚𝐡, 2024