Aruna dan Kavian sepasang suami-istri. Pernikahan mereka dimulai dengan sebuah balas budi yang diminta Surya, ayah Aruna, kepada Ronald, ayah Kavian. Surya, yang terancam bangkrut, ingin memastikan putri semata wayangnya tak kehilangan apa pun-bahkan jika harga yang harus dibayar adalah kebahagiaan Aruna sendiri. Ronald menyetujuinya, mengikat dua hati dalam janji yang tak diinginkan.
Lima tahun berlalu, namun rumah tangga mereka tak lebih dari kepalsuan. Kavian ibarat bayang-bayang yang tak pernah bisa digenggam Aruna. Hatinya terpaku pada sosok Anya, wanita yang Aruna kenal sebagai sosok yang baik, bahkan mungkin terlalu baik. Bukan Anya bukan orang ketiga tapi dialah orang ketiga itu. Aruna lah yang merebut Kavian dari Anya.
Kehadiran Senja, putri kecil mereka yang berusia empat tahun, pun tak mampu meluluhkan dinginnya hati Kavian. Cinta ayah itu hanya sebatas formalitas, sebuah peran yang dimainkan tanpa emosi.
Setiap hari adalah perjuangan bagi Aruna, menelan sesak di dada demi mempertahankan hubungan ini. Aruna selalu berharap Kavian akan mencintainya. Namun, saat Aruna mengira penderitaannya takkan berujung, takdir kembali mengoyaknya. Belum genap seminggu ayahnya meninggal, petir menyambar di siang bolong, Kavian melayangkan surat cerai.
"Maafkan aku, aku tidak mencintaimu, dan kurasa tidak akan pernah. Karena itu, kurasa lebih baik kita bercerai saja."
Kalimat-kalimat itu menghancurkan Aruna. Terpuruk dalam duka ganda, ia harus menghadapi kenyataan pahit, pernikahannya, hidupnya, kini ikut hancur bersamaan dengan kepergian sang ayah.
Sekarang hanya putrinya yang ia punya.
Cerita ini juga ada di KBM dengan judul yang sama
"Mas... aku mau kita cerai."
Zoya Aliza Sha mengucapkan kalimat itu tepat saat Karan Virendra Malik pulang kerja. Baru saja membuka pintu, belum sempat melepaskan jasnya dan dunia seolah runtuh. Kata-kata itu menghantamnya bak disambar petir di siang bolong.
Zoya, yang selama ini memanggilnya Mas Kavi dengan penuh kasih, kini memilih pergi. Tanpa air mata, tanpa penjelasan. Ia meninggalkan rumah, meninggalkan Karan, dan meninggalkan satu surat cerai yang telah ia tandatangani.
Karan hanya bisa terdiam. Ia tak pernah menandatangani surat itu. Ia tak ingin berpisah. Tapi Zoya sudah tidak ada di sana.
Kini, status mereka menggantung. Zoya menyebutnya mantan, tapi Karan tak pernah melepaskan. Di antara cinta yang retak dan keputusan yang tak selesai, mereka terjebak dalam pertanyaan yang tak kunjung terjawab: apakah mereka masih suami istri, atau hanya dua hati yang belum benar-benar berpisah?
___
Hallo Guys 🤗 Ini adalah karya pertama aku. Aku percaya bahwa setiap luka punya cerita, dan setiap cinta punya caranya sendiri untuk bertahan. Semoga kamu menemukan bagian dari dirimu di dalam halaman-halaman ini.
Happy Reading guys 😉
Picture by AI