"Sejauh apapun kamu berlayar, aku masih berdiri disini. Menunggu kapalmu berlabuh di pelabuhanku." Ingin rasanya terbiasa dengan keadaan yang rumit ini, mengubur rasa yang pernah ada sebelumnya dan menjalani hari-hari seperti biasanya. Tapi, bagaimana kalau rasa ini masih terus ada. Bahkan tidak pernah memudar walau hanya sedikit saja. Orang pernah bilang lupakan saja kamu bisa menerima yang lebih baik lagi. Tidak, mereka tidak tahu apa yang ia rasakan. Orang-orang hanya berkomentar dan memberi saran tanpa tahu isi dalam hati kita. Siapa juga yang perlu repot untuk mengetahui isi hati kita? Kata orang-orang juga, orang lama adalah pemenangnya. Ia bahkan meragukan kalimat itu sekarang. Masih ia ragukan sebelum kalimat itu terjadi pada dirinya. "Lo bisa lupain dan cari baru lagi, diluar sana banyak banget. Lo tinggal membuka diri lo ke hadapan orang-orang. Beranikan diri lo untuk berkenalan." Ya, ia tahu itu. Berkenalan memang mudah, tapi membuat dirinya merasa nyaman akan orang baru belum bisa ia terima. Susah untuk membuat dirinya nyaman pada orang baru. "Gue cariin deh, kayanya teman gue ada yang jomblo." Terima kasih atas tawarannya. Tapi yang menjadi masalahnya, ujungnya ia yang menjauhkan diri dari orang baru tersebut. Bukan tidak pernah ia mencoba, bahkan ia memaksakan diri untuk bisa menerima orang baru. Akhirnya, sama saja. "Minta jodohin aja sama orang tua lo sana!" Ia sebenarnya masih sanggup untuk menunggu dan mencari pasangan hidupnya sendiri, yang terpenting adalah do'a. Kalau soal minta dijodohin kayanya skip aja deh. Ia tidak mau mendapat tatapan tajam dari orangtuanya. "Udah, mending balikan aja deh lo." Nah itu, ia juga pingin banget. Targetnya sih seperti pertanyaan itu. Tapi, gimana bisa ia memulai semuanya? Yang menjadi targetnya sudah berlabuh pada cinta yang baru.