Setelah kecelakaan yang terjadi padanya dan ayahnya, Henrie mengetahui jati diri ayahnya, seorang pangeran dari Kerajaan Madrinivia, negara monarki kecil di Oceania. Ayahnya ternyata diusir dari istana dan negaranya karena telah menikahi seorang wanita biasa yang berasal dari Indonesia, namun meski begitu, gelarnya tidak pernah dicabut oleh pihak kerajaan. Sejak menikahi ibunya, ayahnya itu pun tinggal di Indonesia dengan gelar pangeran yang disembunyikan karena peraturan istana. Tanpa Henrie tahu, sejak lahir, dia bukan orang biasa.
Di lain sisi bibinya yang jarang jumpai, memberikan beberapa kaset pita rekaman milik ayahnya. Namun, di kemudian hari, di antara kumpulan pita kaset itu, Henrie menemukan tidak hanya rekaman ayahnya saja, tapi juga rekaman dari pangeran yang lain, adik dari ayahnya yang meninggal karena bunuh diri.
Henrie pun mulai mengenal lebih jauh tentang kehidupan ayahnya dan adiknya, 2 pangeran yang memiliki pergulatan batin di balik megahnya istana Madrinivia.
Sementara itu, takdir baru menunggu Henrie. Akankah Henrie siap?
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.