Mana Bahagiaku, Tuhan? [Completed || TERBIT]
  • Reads 6,870
  • Votes 3,759
  • Parts 32
  • Reads 6,870
  • Votes 3,759
  • Parts 32
Ongoing, First published Feb 05
Dijodohkan oleh orang tua dan ODGJ yang dikira waras, Leara Peribumi terpaksa meninggalkan cita-citanya sebagai penulis.

Setianya luar biasa, perjuangannya pun tidak sederhana. Ia sering menangis karena keputusan yang sudah terlanjur diambil, tapi juga sangat keras kepala dengan berprinsip bahwa apa pun yang terjadi sudah menjadi versi terbaik untuk dijalani.

Baca saja diary-nya ini. Barangkali setelah itu kamu akan terkesan dengan Leara Peribumi yang bertanya, "Mana Bahagiaku, Tuhan?"
All Rights Reserved
Sign up to add Mana Bahagiaku, Tuhan? [Completed || TERBIT] to your library and receive updates
or
#56virtual
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 20
Gema Asa di Ujung Senja cover
TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai] cover
Segenggam Harapan(END) cover
Salah Jodoh [Revisi Terbit Novel] cover
GAYATRI cover
Nuansa | On Going cover
Menolak Luka (END) cover
A Million Feeling (COMPLETED)  cover
Becoming the Male Protagonist's Wife cover
Penyesalan cover
TRAUMA cover
Ndadak jadi mommy?! | transmigrasi  cover
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP cover
ZAHIRA [SELESAI]  cover
Nedrian's Sibling [Book 3] cover
Big Man! cover
Reva Story [COMPLETED] cover
Duka Lara (series) ✔ cover
don't be afraid, papa mama is here cover
ALZELVIN cover

Gema Asa di Ujung Senja

33 parts Complete

Aksara Nurmala memutuskan meninggalkan desa untuk menjalani kehidupan baru di kota besar, memulai kuliahnya di Universitas Madya Nusantara. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus, ia berjuang menyesuaikan diri bukan hanya dengan tuntutan akademis, tetapi juga dengan kenyataan bahwa ia gagal mendapatkan beasiswa yang diidamkan. Hari-harinya mulai terasa monoton, hingga Aksara menemukan tempat pelarian di sebuah kedai kopi kecil. Di sana, ia sering kali duduk sendiri, menulis catatan pribadi sembari mengamati dunia di sekitarnya. Salah satu sosok yang menarik perhatiannya adalah Rafif, seorang pelanggan tetap dengan gaya bicara tenang dan pandangan hidup yang penuh misteri. Percakapan mereka, meskipun sederhana, selalu membekas dalam ingatan Aksara. Tanpa disadari, pertemuan-pertemuan itu membawa Aksara pada perjalanan batin yang lebih dalam. Di antara cangkir kopi dan obrolan singkat, Aksara menyadari bahwa pencarian jati diri tidak selalu datang dari kesuksesan besar, tetapi dari momen-momen kecil yang penuh makna.