Li Ye awalnya adalah seorang penjelajah bumi, namun dia secara tidak sengaja terlibat dalam game simulator kaisar nasional.
Menderita penyakit mematikan, ia memilih kesulitan kematian yang paling menakutkan.
Ada Janda Permaisuri Cixi dari Istana Timur dan Janda Permaisuri Lu Pheasant dari Istana Barat yang mengendalikan pemerintahan!
Sima Yi, Cao Cao, He Shen, Qin Hui, dan Qian Qianyi adalah lima menteri besar yang peduli dengan kehidupan! Pan Zigazi, sahabat dekat yang selalu menghadapi risiko.
Raja bawahan Zhu Di, jenderal penjaga perbatasan Wu Sangui, prefek Xiliang Dong Zhuo, panglima militer Zhao Kuangyin...
Di luar ada Dinasti Qin, Dinasti Tang, Dinasti Han, dan Dinasti Sui.
Pada awalnya, kaisar sebelumnya mengalahkan Tumubao dan kehilangan setengah juta tentara elit.
300.000 tentara Hun datang ke ibu kota!
Awal yang terbaik, kenikmatan yang paling utama.
Untungnya, Li Ye membangunkan sistem deduksi!
Coba-coba lagi dan lagi! Pengurangan lagi dan lagi!
Biarkan Li Ye mengendalikan segalanya, membunuh ratu iblis, menghukum para menteri pemberontak, dan mengusir bangsa Hun! Ciptakan kerajaan tertinggi!
Pengadilan penuh dengan pejabat pengkhianat, dan Li Ye begitu bersemangat sehingga dia menggeledah rumahnya dan menjarah harta bendanya. ...
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.